Wednesday 27 June 2012

Doa untuk Para Imam

     Bapa yang penuh kasih sayang, kami bersyukur atas imam-imam yang telah Kauberikan untuk mendampingi kami, umat-Mu. Engkau sendirilah yang telah memilih dan memanggil mereka.
   Sudilah Engkau memberkati mereka dalam semua karya pelayanan bagi umat-Mu. Jadikanlah mereka garam yang dapat melindungi hidup kami dari kebusukan dan kehancuran. Jadikanlah pula mereka terang, yang dengan perkataan dan perbuatan memancarkan terang-Mu sendiri kepada orang-orang yang sedang diliputi kegelapan.Semoga karya mereka Kaukaruniai hasil yang membahagiakan
    Bapa yang penuh kasih, sudilah melindungi para imam kami, khususnya . . . , dari bahaya-bahaya yang mengelilingi mereka laksana singa yang mengaumaum mencari mangsa. Kuatkanlah mereka bila mengalami kesulitan dalam panggilan. Dan bila ada imam-Mu yang ragu-ragu akan panggilannya, sudilah Engkau datang meneguhkannya; bimbinglah mereka kembali ke jalan yang telah Kaupilih dan Kautentukan bagi mereka. Kau ada di antara mereka yang memilih jalan lain, sudilah Engkau tetap memberkatinya, karena mereka pun tetap anak-Mu. Semoga mereka tetap dapat hisup sebagai orang beriman, dan bekerja giat di tengah jemaat-Mu. Semoga ini kami mohon dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami


Sumber : Puji Syukur nomer 184

S. Sirilus dari Alexandria

 
Sirilus dilahirkan di Alexandria, Mesir, pada tahun 370. Pamannya, Teofilus, adalah Patriark atau uskup agung. Pamannya seorang yang baik, tetapi terkadang cepat marah dan keras kepala. Ia tidak tahu bahwa Yohanes Krisostomus yang terkenal itu akan menjadi seorang kudus di kemudian hari. Uskup Agung Teofilus bertanggungjawab atas dibuangnya Yohanes ke pengasingan pada tahun 403. Tetapi kaisar membawa Uskup Yohanes kembali ke keuskupan agungnya di Konstantinopel. Tampaknya Sirilus terpengaruh oleh prasangka buruk pamannya terhadap Yohanes, sebab itu Sirilus pun setuju bahwa Yohanes Krisostomus harus dibuang ke pengasingan.
 
Ketika pamannya wafat pada tahun 412, Sirilus menjadi uskup agung menggantikannya. Ia mempunyai cinta yang berkobar kepada Gereja dan kepada Yesus. Ia seorang yang gagah berani di masa-masa yang sulit dan mewartakan apa yang diajarkan Gereja. Ia seorang yang jujur dan terus-terang. Ia tidak mencari pujian orang ataupun kedudukan. Tetapi, juga Sirilus terkadang suka bertindak menurutkan kata hatinya dan keras kepala. Ia bermaksud menerangkan kebenaran-kebenaran Gereja dengan khotbah-khotbah dan tulisan-tulisannya, yang memang ia lakukan. Tetapi apabila Sirilus marah, apa yang dikatakannya sulit dipahami. Tentu saja, ia kurang ambil peduli untuk berkata-kata dengan cara yang lebih lembut, jadi sekali waktu ia meledak dalam amarah.

Perangainya ini pastilah membuatnya menderita. Walau demikian, umat Kristiani patut berterima kasih kepadanya atas banyak kecakapannya yang mengagumkan. Sebagai misal, ia dengan tidak gentar membela Gereja dan membela apa yang ia yakini sebagai benar.

St Sirilus adalah wakil Paus St Selestine I dalam Konsili Efesus pada tahun 431. Konsili ini merupakan sidang resmi Gereja yang melibatkan lebih dari duaratus uskup. Mereka memeriksa ajaran-ajaran seorang imam bernama Nestorius. Konsili menerangkan dengan jelas bahwa Nestorius salah dalam beberapa kebenaran penting yang kita yakini. Paus memberinya waktu sepuluh hari untuk berjanji bahwa ia tidak akan mewartakan ajaran-ajarannya sendiri yang salah. Tetapi Nestorius tidak mau. Konsili menjelaskan kepada umat Allah bahwa kita tidak dapat menerima ajaran-ajaran sesat. Para uskup begitu jelas menerangkan hingga ajaran-ajaran sesat ini tidak pernah lagi menjadi ancaman besar bagi Gereja.

Umat sangat berterima kasih kepada St Sirilus dari Alexandria yang telah memimpin jalannya Konsili. Pada akhirnya Nestorius dengan diam-diam pulang kembali ke biaranya dan tidak lagi membingungkan umat. Sirilus kembali juga ke keuskupan agungnya dan bekerja keras demi Gereja hingga ia wafat pada tahun 444. Paus Leo XIII memaklumkan St Sirilus sebagai Pujangga Gereja pada tahun 1883.

“Pastilah ia Bunda Allah jika Tuhan kita Yesus Kristus adalah Allah, dan ia melahirkan-Nya.” ~ St Sirilus  


Sumber : http://yesaya.indocell.net/